Terasa berbeda. Ketika aku,
kamu, dia dan mereka memiliki persepsi masing-masing. Tanpa kata, tanpa suara,
hanya hening yang melukiskan beribu makna.
Menyatukan tujuan, mungkin
perlu. Saling menutup diri, Sampai kapan? Ini lucu, mereka yang menuntut
kebersamaan, malah melecehkan kemajuan.
Ilmu dan pengalaman menjadi
tolak ukur. Menjadikan mereka tak bisa menoleh ke kiri atau ke kanan, melainkan
ke atas. Mereka tak buta, karena sebenarnya mereka melihat, mereka tak tuli,
karena sebenarnya mereka mendengar. Bisu? Hahaa mungkin. Bisu karena mulut mereka
dihiasi oleh retorika. Retorika yang bertolak belakang dengan tujuan
sebenarnya. Retorika yang menunjukkan mereka adalah superior. Retorika yang
nantinya akan membuat mereka semakin betah.
Peran demi peran pun mereka
lakoni. Protagonis yang peduli, atau antagonis di balik layar. Sangat lihai,
sampai panggungnya kadang terasa sempit bagi kami. Naskahnya pun kami tak
sempat baca. Hanya mampu bereaksi dari aksi mereka.
Kapan ini kira-kira berakhir?
Kapan... Kapan... Sangat bodoh ketika menanyakan sesuatu yang misterius, karena
mungkin kami sudah melakukan yang terbaik. Mungkin... Karena sebenarnya ini
untuk masa depan kita. Mungkin... Kita bisa menyatukan yang sebenarnya tak
terpisah. Mungkin... Suatu saat mereka akan mengerti, bahwa diluar dari ini
semua, mereka tetap kakak kami :)